tiket

Nostalgia Kuliner Tradisional di Ayam Ingkung Kuali

Tiketdulu.com-Berwisata kuliner di Yogyakarta memang lebih asyik kalau disertai dengan perburuan kuliner tradisional atau ndeso, apalagi yang sudah mulai jarang dijumpai. Meskipun kerapkali lokasinya agak jauh dari pusat kota Yogyakarta, namun ada kepuasan tersendiri saat berhasil menemukan kuliner langka yang enak dan belum diketahui banyak orang. Bagi yang ingin bernostalgia dengan menu kenduri zaman dulu, mungkin bakal tertarik dengan masakan ingkung ayam yang belakangan kembali digemari. Di daerah Bantul ada beberapa tempat yang menawarkan kuliner klasik ini beserta suasana khas pedesaan yang bersahaja.

Ayam ingkung, atau ingkung ayam, adalah ayam utuh yang dimasak secara tradisional dengan aneka bumbu seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, gula merah, daun salam, dan lengkuas. Yang digunakan biasanya adalah ayam kampung karena tidak terlalu berlemak dan serat dagingnya tidk mudah hancur saat dimasak lama. Ayam dan aneka bumbu tersebut direbus di dalam santan hingga ayamnya menjadi empuk dan bumbunya benar-benar meresap. Ciri khas ayam ingkung adalah tendangan bumbunya yang tidak terlalu kuat, namun kita bisa mencecap rasa gurih yang khas dari ayam kampung.


Menu ini dulunya hanya dihidangkan pada saat momen-momen khusus seperti upacara adat, selamatan/syukuran, atau acara hajatan lainnya. Ingkung biasa dipadukan dengan nasi gurih dan sambal, kemudian disantap bersama-sama dengan menggunakan alas makan daun pisang. Kadang disajikan pula dalam pincuk daun pisang yang berisikan nasi gurih, daging ayam ingkung yang sudah disuwir-suwir, dan dilengkapi taburan kedelai hitam goreng.

Salah satu tempat yang menjual menu tradisional ini berlokasi di Dusun Kalakijo, sebelah barat kota Bantul. Jaraknya kira-kira 25 km ke arah Selatan dari pusat kota Yogyakarta. Ciri khas ayam ingkung di sini adalah proses pemasakannya yang masih tradisional, dengan menggunakan kuali tanah liat dan perapian berbahan bakar kayu bakar. Daging ayam kampung yang cenderung keras konon lebih mudah empuk jika dimasak dengan cara ini. Belum lagi aroma sedap yang khas karena penggunaan kayu bakar. Ayam ingkung utuh disajikan bersama satu bakul nasi, sambal, lalapan, dan tak lupa semangkuk kuah santan kental/areh yang bisa disiramkan ke ayam agar rasa gurihnya makin intens saat disantap. Daging ayam kampungnya empuk tapi masih bisa dirasakan tekstur/serat dagingnya. Jika satu ekor ayam utuh dirasa terlalu banyak, pengunjung bisa memesan porsi setengah atau seperempat potong ayam. Sebenarnya ditawarkan juga menu ingkung goreng dan bakar, tapi tentunya kita tidak akan mendapat pengalaman menikmati ayam ingkung yang otentik.

Ada cerita menarik di balik berdirinya Rumah Makan Ayam Ingkung Kuali Kalakijo. Tempat usaha ini awalnya dibuat untuk memberdayakan dan menyokong perekonomian masyarakat setempat. Pengelolaannya menjadi satu dengan Desa Wisata Kalakijo. Bahan baku yang digunakan di rumah makan berasal dari hasil peternakan/pertanian warga, sehingga tercipta semacam rantai usaha yang terintegrasi. Selain menawarkan makanan tradisional tempat ini juga memiliki tempat yang luas dan cukup menarik. Pengunjung bisa bersantap di saung-saung yang ada di bagian luar sambil menikmati udara pedesaan. Bahkan disediakan pula berbagai fasilitas untuk kegiatan luar ruangan, Camping Ground, serta Bamboo Hall untuk ruang pertemuan. Barangkali ini karena konsepnya menyatu dengan desa wisata. Pengunjung tidak hanya dimanjakan dengan sajian ayam ingkung kuali yang ngangeni, tapi juga bisa melepas penat menikmati suasana pedesaan sekaligus berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat setempat.

Previous
Next Post »